Efisiensi Keuangan Negara Dan Tubuh Manusia

Oleh Randi Muchariman
Tulisan ini dibuat setelah membaca sebuah berita tentang efisiensi keuangan negara yang sedang dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Sebagaimana yang kita ketahui, Presiden Prabowo mengatakan bahwa akan ada sekitar 306 triliun hasil dari efisiensi ini. Sebagian pendapat mengatakan bahwa ini akan mengakibatkan ribuan bahkan satu atau beberapa juta orang kehilangan sebagian pekerjaannya. Namun sebagian mengatakan bahwa sektor swasta yang akan menjadi pendorong ekonomi, dan bukan negara.
“APBN bukan satu-satunya solusi. Pemerintah harus menjadi fasilitator, bukan pemain tunggal dalam perekonomian. Sektor swasta harus lebih diberdayakan, tenaga kerja lebih siap, dan inovasi harus terus didorong,” kata Isra dari Kantor Komunikasi Presiden.
Salah satu berita menarik yang perlu dicermati adalah logika dari efisiensi ini. Hasan Hasbi selaku Kepala Komunikasi Kepresidenan RI menjelaskan efisiensi ini dengan permisalan tubuh manusia.
“Efisiensi yang sesuai arahan Presiden Prabowo adalah menghilangkan lemak-lemak dalam belanja APBN kita, tapi tidak mengurangi otot”.
Menghilangkan lemak tanpa mengurangi otot dalam tubuh kita bukan sesuatu yang mudah. Ada banyak hal yang perlu kita pikirkan dan perhatikan sehingga kita harus mempersiapkan diri. Karena kita tahu, sebelum menjadi Presiden, Prabowo adalah komandan pasukan elit Kopassus. Artinya, ia berpikir untuk mendapatkan yang terbaik, bukan yang terburuk.
Kita perlu memahami dahulu tubuh kita itu apa dan bagaimana. Tubuh kita memerlukan lemak, tetapi terlalu banyak lemak akan mengakibatkan penyakit, kemalasan,cepat lelah, susah atau berat bergerak alias mager, bahkan otak menjadi tumpul dan mungkin kurang produktif karena cepat mengantuk. Keadaan tubuh yang baik adalah yang lemak sedikit, tapi cukup. Terutama lemak yang dibutuhkan oleh tubuh adalah lemak yang baik, atau lemak tak jenuh yang bisa kita dapatkan dari biji-bijian, dan buah. (Sedangkan lemak yang kurang baik, atau lemak jenuh, dapat menyebabkan penyumbatan aliran darah).
Lemak diperlukan oleh tubuh untuk beberapa hal. Yakni energi tubuh, membantu penyerapan vitamin, menjaga suhu tubuh, menjaga organ tubuh, kobtribusi dalam produksi hormon, serta optimalisasi fungsi saraf (termasuk untuk otak). Beberapa kebutuhan itu dapat dicukupi oleh yang lainnya, seperti energi dapat dipenuhi oleh karbohidrat. Menjaga suhu tubuh dan melindungi organ dalam dapat ditopang oleh penguatan otot dengan protein.
Lemak yang berlebih akan menjadi penyakit. Terutama lemak jenuh yang tersimpan dalam tubuh, sehingga membuat tubuh menjadi gemuk (obesitas) dan aliran darah kurang lancar. Kurang atau olahraga yang tak teratur pun mengakibatkan kondisi semakin memburuk. Darah menjadi kental dan kandungan oksigen kurang, dan akhirnya tubuh semakin lemah dan muncul berbagai penyakit.
Jadi, tubuh yang baik itu adalah tubuh yang tidak lemaknya cukup. Ditandai oleh berat badan yang ideal. Massa otot (jumlah jaringan otot di tubuh) yang cukup (tidak kerempeng, kurus) bahkan gumpal atau gempal, atau orang sering menyebutnya kering. Seperti kuda yang terlatih terlihat kurus tetapi sebenarnya sangat kuat dan cepat. Tubuh yang seperti ini akan siap menghadapi hujan dan kering, panas dan dingin, mendaki atau berenang, akan lebih fokus pikirannya, serta tidurnya lebih sebentar dan bangunnya cepat. Namun melatih tubuh seperti ini tidak mudah, ini bisa dilakukan oleh orang-orang dengan disiplin seperti Kopassus, diet yang sehat dan bermutu, serta komitmen terhadap ilmu pengetahuan yang tinggi.
Sebagian besar orang mungkin hanya akan mencapai tubuh dengan kualitas otot dan lemak sehat dalam ukuran baku yang cukup. Ditandai oleh berat badan yang ideal, dengan tubuh yang berlapis lemak sedikit atau agak tebal, tapi tidak sampai gemuk. Beberapa mungkin melatihnya dengan olahraga populer atau latihan untuk membentuk otot (bukan penguatan dan ketahanan atau pembentukan massa atau jaringan otot).
Jika tubuh itu adalah sebuah negara, maka negara yang penuh lemak berarti adalah seperti tubuh yang obesitas dengan berbagai kelemahannya. Agar negara itu bisa lebih baik, maka ia harus menghilangkan lemak dan berdampak bagi pengurangan berat badannya. Pengurangan berat badan itu bukan sesuatu yang mudah, ada beberapa hal yang perlu kita ketahui.
Menurut beberapa sumber informasi, jika badan kita dipenuhi oleh lemak, terlalu berat tubuh oleh lemak, maka penurunan berat badan secara cepat berpotensi merusak tubuh. Sebabnya ialah karena massa otot akan ikut berkurang dan terlalu banyak berkurang membawa dampak bahaya bagi tubuh. Tubuh menjadi lemah, mudah cedera, dan tulang bisa patah ketika terjatuh. Mobilitas dan kemandirian fisik berkurang, metabolisme terganggu, serta hal-hal yang lainnya. Jika sebelum gemuk massa ototnya sudah baik, maka penurunan itu akan lebih sedikit bahanya daripada yang sebelumnya massa ototnya kurang baik.
Beberapa ahli menyarankan agar penurunan berat badan tubuh dilakukan dengan rasio 1 persen dari total berat badan dalam waktu 7 hari. Artinya, jika berat badan idealya 70 kg, tapi kelebihan sehingga 100 kg, maka dalam seminggu pertama berat badan yang aman untuk diturunkan adalah 1 kg. Proses ini terus seperti itu hingga mencapai 70 kg. Penurunan berat badan itu juga disertai dengan olahraga, terutama olahraga ketahanan sehingga akan tetap dan bahkan membangun massa otot.
Nah, kembali kepada persoalan efisiensi keuangan negara, mungkin pertama kali harus terungkap bukanlah berapa nominal efisiensi. Hal pertama yang harus terungkap ialah seberapa obesitas negara, dan bagaimana keadaan tubuhnya sebelum obesitas itu. Jika sekarang hati dan akal tubuh itu telah memutuskan untuk keluar dari obesitas, pertanyaan pentingnya adalah apakah nafs dan daya marah akan tunduk atau memberontak. Akankah akal dan hati itu yang menang, atau sebaliknya.
Tentu kita menghendaki keputusan hati dalam pertimbangan akal itu yang akan menang. Tapi satu hal yang perlu kita ingat adalah, bahwa hakikatnya seorang manusia itu bukan mati karena kelaparan, tetapi mati karena kekenyangan. Karena terbiasa kenyang itulah, maka tubuhnya melemah dan mati dalam rasa lapar.
Penulis adalah
Dosen dan Kepala Laboratorium Fisip
Universitas Siliwangi Tasikmalaya
What's Your Reaction?






