Bukan Iba, Tapi Perubahan: Anak Muda Tasikmalaya Bergerak untuk Jalanan

Jun 23, 2025 - 12:27
Bukan Iba, Tapi Perubahan: Anak Muda Tasikmalaya Bergerak untuk Jalanan
Kegiatan bagi bagi paket makanan oleh tim Penggerak Sahabat Anak dan Lansia Jalanan bersama HMI Komisariat Unsil. Minggu (22/6/25).

INILAHTASIK.COM | Setiap hari kita berjalan melewati mereka. Anak-anak tanpa alas kaki, ibu-ibu menggendong bayi di pinggir jalan, lelaki tua duduk memegang kardus. Di balik wajah wajah itu, ada suara yang terbungkam. Apakah aku tidak bisa hidup layak di tanah kelahiranku sendiri?

Konstitusi menjamin, pendidikan, kesehatan, pekerjaan, dan penghidupan yang layak bagi setiap warga. Tapi janji itu kini menjadi mimpi. Mari bangun solidaritas. Bukan iba, tapi perubahan. 

Seperti yang dilakukan Tim Penggerak Sahabat Anak dan Lansia Jalanan, bersama pengurus HMI Komisariat Universitas Siliwangi. Komunitas yang didalamnya merupakan gabungan anak muda ini, coba ambil bagian, membuka ruang komunikasi, merangkul, dan berbagi dengan mereka yang hidup di jalanan.

Hal itu terpotret pada kegiatan pada Minggu siang, 22 Juni 2025. Komunitas ini berbagi ratusan paket makanan, di sekitar Masjid Agung Kota Tasikmalaya. Nampak anak jalanan, lansia, dan ibu ibu sambil menggendong anaknya berburu makanan yang mereka bagikan. 

Gerakan itu dilakukan bukan untuk ria, atau pamer kebaikan kepada khalayak. Mereka hanya ingin turut mengambil peran yang selama ini cenderung terabaikan oleh para pengambil kebijakan. 

Ketua Umum HMI Komisariat Unsil, Zilzia Fahreza menyebut bahwa berbagi merupakan bagian dari perjalanan spiritual menuju esensi kehidupan. Jika kau mampu merasakan derita, berarti kau hidup. jika kau mampu merasakan derita orang lain berarti kau Manusia. 

"Rebel bukan berarti label anarkis. Mereka adalah wujud ketidakmampuan negara mewujudkan tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa, maka tindakan merangkul adalah cinta tuhan terhadap manusia melalui rasa kasihan. Mereka ada harus ditumbuhkan melalui perspektif berbeda, peradaban dirubah bukan atas mayoritas tetapi minoritas yang kreatif," ungkapnya. 

Sementara itu, Ketua Tim Penggerak Sahabat Anak dan Lansia Jalanan, Jausan, mengajak semua unsur untuk bergabung dengan Ruang Harap. Tempat dimana harapan dibangun dengan tangan sendiri. Menurutnya, anak jalanan, pengemis, dan mereka yang hidup di jalanan bukanlah beban. 

"Perlu adanya sinergitas program. Pemerintah jangan mempertontonkan ego sektoral yang berdampak terhadap terbengkalainya kehidupan masyarakat dan pemenuhan hak hak asasi masyarakat," ujarnya. 

"Setiap tahun pemerintah menggelontorkan anggaran miliar rupiah untuk program KIP, tetapi apakah itu dinikmati oleh para anak jalanan? Berapa triliun anggaran digelontorkan untuk makan bergizi gratis, apakah itu juga dirasakan oleh anak jalanan? Berapa triliun anggaran pembangunan sekolah atau rehab gedung, apakah itu juga dirasakan oleh anak jalanan? Padahal anak jalanan adalah anak yang tidak berdaya karena perekonomian," tanya Jausan. 

Melalui kegiatan ini, kata dia, pihaknya coba untuk dapat meriset apa yang di butuhkan dan diharapkan mereka. 

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow