Kestabilan Harga dan Bahan Pangan Murah Niscaya dalam Islam

Dec 13, 2023 - 22:46
Dec 13, 2023 - 22:49
Kestabilan Harga dan Bahan Pangan Murah Niscaya dalam Islam

INILAHTASIK.COM | Bahan pangan merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh manusia semua lapisan dan tempat. Kebutuhan pangan dibutuhkan agar tubuh senantiasa berenergi dalam beraktivitas.

Semua pasti setuju bahwa Indonesia adalah negeri yang kaya akan sumber daya alam. 
Sebagai negeri yang kaya akan sumber daya alam, tentunya bahan pangan yang merupakan kebutuhan utama masyarakat akan mudah didapatkan.

Namun, fakta di lapangan menunjukkan kondisi masyarakat yang jungkat-jungkit. Agar dapur tetap bisa ngebul, mereka harus memutar otak lebih keras. 

Pasalnya, baru-baru ini deretan bahan pangan kompak alami kenaikan yang signifikan. Beras misalnya, sejak beberapa bulan kebelakang harga beras melonjak tajam. Kemudian disusul bahan pangan lainnya, mulai dari cabai hingga gula pasir. 

Mengutip dari harian Tempo.co, 26 November 2023, harga cabe rawit merah masih berada di angka Rp. 82.370 per kilogram. Akan tetapi berdasarkan kabar di laman harian Bisnis.com, 06 Desember 2023, harga cabe rawit merah langsung melejit di angka Rp. 95.900 per kilogram. 

Begitu pun harga bahan pangan lainnya seperti bawang merah, bawang putih, minyak goreng, dan gula pasir kompak alami kenaikan. 

Banyak faktor yang menyebabkan harga bahan pangan alami kenaikan, diantaranya faktor musim kemarau ekstrem menyebabkan berkurangnya hasil panen sehingga pasokan berkurang. Kemudian, semakin sempitnya lahan produksi dikarenakan pembangunan berbagai infrastruktur. Alhasil, impor menjadi solusi akhir. 

Ketidakstabilan harga pangan seolah menjadi hal yang lumrah dalam sistem hari ini. Terlebih ketika akhir tahun dan menjelang tahun baru, harga bahan pangan pasti naik. Hal ini disebabkan permintaan bahan pangan akan meningkat di momen hari besar keagamaan dan hari besar lainnya. 

Selain kestabilan harga, pangan murah pun ilusi bisa didapat dalam sistem yang berbasis sekularisme kapitalisme. 

Sebab, negara dalam sistem ini seolah berlepas tangan dari urusan masyarakat. Posisi negara hanya sebagai regulator pembuat kebijakan. Sementara pengurusan masyarakat dialihkan pada pihak swasta. 

Karena orientasi dari pihak swasta adalah materi, maka mereka akan berusaha meraih untung yang sebesar-besarnya tanpa melihat kondisi masyarakat, apakah kebutuhan pangannya terpenuhi atau kelaparan. 

Selain itu, jika pengurusan dijalankan oleh pihak swasta, maka akan lahir mafia-mafia yang menguasai pangan mulai dari penguasaan lahan hingga retail. 

Oleh karena itu, jelaslah bahwa akar ketidakstabilan harga pangan adalah ketiadaan negara yang mampu meriayah (mengurusi) urusan umat. 

Padahal menurut pandangan IsIam, negara berfungsi sebagai raa'in (bertanggungjawab) dan junnah (pelindung) rakyat. 

Rosulullah saw bersabda: 

" Imam (kholifah) adalah raa'in (pengurus rakyat) dan bertanggungjawab terhadap rakyatnya" (HR.  Bukhori). 

Hadist di atas menjelaskan bahwa seorang pemimpin atau penguasa bertanggungjawab menjamin kebutuhan rakyatnya. Mulai dari kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, dan papan. Serta kebutuhan dasar lainnya seperti kesehatan, pendidikan, dan keamanan. 

Dalam hal ini negara akan memastikan setiap penanggungjawab keluarga mendapatkan pekerjaan yang layak sehingga mampu memenuhi kebutuhan keluarganya. 

Begitu pun dengan rantai penyediaan pangan, negara tidak akan membiarkan pihak swasta untuk mengendalikannya. 

Selain itu, negara akan memberikan sanksi tegas seandainya terjadi pelaku curang, seperti penimbunan, praktek ribawi, dan kartel. 

Itulah gambaran jika sistem yang diterapkan hari ini menggunakan sistem yang berasal dari Sang Pencipta, Allah SWT yakni sistem Islam. 

Dengan menerapkan kembali syariatNya ditengah-tengah kehidupan, kestabilan harga dan pangan murah niscaya didapatkan oleh setiap individu secara merata dan menyeluruh. 

Hal ini telah terbukti dalam sejarahnya, bahwa sistem Islam berhasil menguasai 2/3 dunia dan ada dalam kegemilangan. 

wallahua'lam.

Oleh: Yayat Rohayati

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow