Puisik, Ikhitiar Mengakrabkan Puisi

Ab Asmarandana, Sofyan Romjani, Rifki R. Fahri, Rizky Ramdani, Resti, dan beberapa orang lainnya terpantik membaca puisi. Sementara, Yagus Triana, pengelola kafe yang sedari awal turut khusuk menonton, menyumbangkan suara emasnya.  

Mar 14, 2022 - 23:22
Mar 14, 2022 - 23:25
Puisik, Ikhitiar Mengakrabkan Puisi

KAB. CIAMIS, INILAHTASIK.COM | Ada yang berbeda di Warung Djamban (Wardjam) pada Sabtu 12 Maret 2022. Selepas maghrib, meski rintik hujan masih membasahi Ciamis, beberapa anak muda nampak mulai mempersiapkan sound system, menata buku, dan sibuk menyusun jadwal acara. Mereka sedang mempersiapkan Puisik (Puisi dan Musik), mata acara dari rangkaian kegiatan Hajatan Sastra.

Meski awalnya hujan, namun acara tersebut mendapat apresiasi yang baik dari penonton. Nuansa yang dibangun cenderung lebih cair dan santai. Wida Waridah, penggagas Rumah Koclak, menganalogikan kegiatan ini sebagaimana hajatan pernikahan.

“Tadi pagi itu akadnya. Resepsinya malam ini dan besok malam,” ungkapnya.   

Hajatan Sastra sendiri sudah dimulai sejak Sabtu pagi dengan mata acara bedah dan diskusi buku antologi puisi bertempat di Aula Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Disperpuska) Ciamis.

Sebagaimana nama kegiatannya, malam itu diisi oleh penampilan baca puisi dari Rika R. Johara “Sergeyev” dan Ridwan Hasyimi serta sajian musik dari Dinar dan Dani “Ebel” Djamaluddin. Selain nama-nama tersebut yang memang telah mempersiapkan diri sebelumnya, sejumlah penonton pun secara spontan turut serta mengisi acara.

Ab Asmarandana, Sofyan Romjani, Rifki R. Fahri, Rizky Ramdani, Resti, dan beberapa orang lainnya terpantik membaca puisi. Sementara, Yagus Triana, pengelola kafe yang sedari awal turut khusuk menonton, menyumbangkan suara emasnya.  

Toni Lesmana menyatakan, selama ini kafe-kafe atau kedai kopi di Ciamis identik dengan sajian musik. Sebagai ikhtiar mengakrabkan puisi kepada masyarakat, khususnya anak muda, musik dan kafe bisa dijadikan gerbang masuk. Terlebih, tempat-tempat tersebut, khususnya di Ciamis, telah menjadi semacam titik temu atau simpul gerakan budaya.

“Ciamis belum punya ruang berkesenian yang memadai. Tapi kafe banyak. Dalam kondisi ini, anak-anak muda potensial Ciamis menjadikan kafe bukan cuma tempat nongkrong, tapi juga ruang ekspresi dan kreativitas. Momen-momen perjumpaan di kafe itu sering kali melahirkan ide kreatif peristiwa kebudayaan,” ungkapnya.

Hal senada diamini Sofyan Romjani, koordinator Sweetcity Movement. Sebagai generasi milenial, ia sangat bersemangat mengisi kafe-kafe dengan kegiatan semacam Puisik.

“Wah, kalau bisa rutin, asik. Puisik jadi makin asik. Tempatnya bisa pindah-pindah. Kafe di Ciamis banyak yang mau kerjasama. Malah senang, tempatnya jadi ramai,” turutnya.

Hari berikutnya, Puisik berpindah ke Namless, kafe di kawasan Jl. Jend. Sudirman, Ciamis. Malam itu, deklamator kawakan Ciamis, Didon Nurdani membaca beberapa puisi karya Rifki S. Fahri. Selain Didon, tampil pula Rifani, Willy Fahmi Agisa, Deri Hudaya, Rifki S. Fahri, Mufidz Ath-Thoriq, dan beberapa orang lainnya membacakan puisi.

Sebelum dipungkas sajian musik dari Legi Ferdian, dua penyair yang bukunya turut dibahas dalam Hajatan Sastra, Rifki dan Deri, sempat berbagi cerita proses kreatif di balik lahirnya karya-karya mereka. Mulanya, semua penyair yang bukunya dibahas dijadwalkan hadir. Namun, empat di antaranya berhalangan karena masalah kesehatan.

“Ya, semoga energi dari kegiatan Hajatan Sastra ini bisa sampai ke mereka dan jadi pendorong  untuk kesembuhan mereka,” tutur Toni.  

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow