Rumah Koclak Gelar Hajatan Sastra

Hari pertama Hajatan Sastra diisi oleh bedah dan diskusi buku. Ada enam buku antologi puisi yang dibahas:

Mar 14, 2022 - 23:28
Rumah Koclak Gelar Hajatan Sastra

KAB. CIAMIS, INILAHTASIK.COM | Rumah Koclak menggelar Hajatan Sastra, Sabtu-Minggu, 12-13 Maret 2022 di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Pada hari pertama, kegiatan dilangsungkan di Aula Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Disperpuska) Ciamis. Kegiatan tersebut dihadiri sekaligus dibuka secara resmi oleh Kepala Disperpuska Ciamis Drs. H. Dondon Rusdiana, M.Si.

Pada sambutannya, Dondon menyatakan menyambut baik kegiatan-kegiatan bernafas literasi, khususnya yang melibatkan Disperpuska Ciamis sebagai mitra. Ia berharap, kegiatan kerjasama semacam ini dapat berkelanjutan dan ditingkatkan. Disperpuska sendiri terus membenahi diri agar dapat memberikan fasilitas terbaik bagi masyarakat Ciamis. Hingga saat ini, dinas yang terletak bersampingan dengan gedung DPRD Kab. Ciamis ini memiliki sejumlah fasilitas yang cukup memadai, di antaranya Aula, Ruang Audio Visual, Ruang Baca, Ruang Referensi, Ruang Anak, dan lain sebagainya.

Selain Disperpuska, Rumah Koclak yang diinisiasi sastrawan Toni Lesmana dan Wida Waridah ini menggandeng sejumlah pihak untuk gawé bareng, di antaranya Forum TBM Ciamis, Sweetcity Movement, Sakola Motékar, dan seniman-seniman muda Ciamis. 

Hari pertama Hajatan Sastra diisi oleh bedah dan diskusi buku. Ada enam buku antologi puisi yang dibahas: Hujan di Pajaratan karya Arif Ayih Abdillah (Bhs. Sunda), Kalangkang Ringkang karya Ari Andriansyah (Bhs. Sunda), Tubuh Perempuan karya Farra Yanuar (Bhs. Indonesia), Akheiron karya Rifki Syarani Fahri (Bhs. Indonesia), Saripati Hidup dan Mati karya Zulkifli Songyanan (Bhs. Indonesia), dan Lawang Angin karya Deri Hudaya (Bhs. Indonesia).

Ada tiga pembicara yang membahas masing-maisng dua buku: Fahmi Farid Purnama (filsuf,  dosen IAI Darussalam) membahas Akheiron dan Lawang Angin, Dian Hartati (sastrawan, dosen UNSIKA) membahas Tubuh Perempuan dan Saripati Hidup dan Mati, dan Ridwan Hasyimi (pegiat  teater, esais) membahas Hujan di Pajaratan dan Kalangkang Ringkang.

Peserta kegiatan didominasi mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia (PBI), FKIP UNIGAL dan IAI Darussalam. Yuyus Supriatna, pengajar sastra di PBI, sangat mengapresiasi kegiatan ini dan menganjurkan mahasiswanya untuk turut serta.

“Kegiatan semacam ini penting. Apalagi di masa pandemi, kuliah kan tidak sepenuhnya tatap muka. Nah, kalau langsung begini kan enak. Selain dapat ilmu, bisa silaturahmi langsung. Tanya jawabnya lebih hidup ketimbang kuliah daring,” tuturnya.

Ngajaran Show, Stand Up Comedy Sunda

Hari itu (12/03), berbarengan dengan Hajatan Sastra, ada kesibukan lain di Ruang Audio Visual Disperpuska Ciamis. Sejumlah anak muda yang tergabung dalam komunitas Stand Up Comedy Ciamis sedang sibuk mempersiapkan Ngajaran Show, sebuah pertunjukan tunggal stand up comedy dari komika asal Bandung, Kamaludin alias Kamal Ocon.

Yang unik dari pertunjukan tersebut adalah Kamal sepenuhnya menggunakan bahasa Sunda ketika melancarkan beat-beat-nya. Sejak lama, finalis Stand Up Comedy Indonesia (SUCI) Season 6 ini  memang dikenal sebagai “komika Sunda”.

Zamzam Al-Ghifari dari Stand Up Comedy Ciamis mengatakan, kegiatan ini merupakan hasil kerja bersama.

“Panitia lokalnya memang Stand Up Comedy Ciamis, tapi kami ngga sendiri. Yang bantu ngurusin tempat, konsumsi itu Teh Wida dan Kang Toni. Dua agenda di waktu yang beriringan dan satu tempat, jadi lebih efektif. Kami saling bantu. Lagian kan, Mang Amal (Kamal) adiknya Teh Wida, masa dia ngga bantu,” ungkapnya sambil tertawa.    

Puisik, Ikhitiar Mengakrabkan Puisi

Selepas kegiatan di Disperpuska berakhir sekitar pukul 13.00 WIB, rangkaian Hajatan Sastra hari pertama bergeser tempat ke Warung Djambansari, sebuah kafe di lingkungan Jambansari, Ciamis. Acara yang dimulai sekitar puku 19.30 ini diberi nama Puisik (Puisi dan Musik).

Meski awalnya hujan, namun acara tersebut mendapat apresiasi yang baik dari penonton. Nuansa yang dibangun cenderung lebih cair dan santai. Wida Waridah menganalogikan kegiatan ini sebagaimana hajatan pernikahan.

“Tadi pagi itu akadnya. Resepsinya malam ini dan besok malam,” ungkapnya.   

Sebagaimana nama kegiatannya, malam itu diisi oleh penampilan baca puisi dari Rika R. Johara “Sergeyev” dan Ridwan Hasyimi serta sajian musik dari Dinar dan Dani “Ebel” Djamaluddin. Selain nama-nama tersebut yang memang telah mempersiapkan diri sebelumnya, sejumlah penonton pun secara spontan turut serta mengisi acara. Ab Asmarandana, Sofyan Romjani, Rifki R. Fahri, Rizky Ramdani, Resti, dan beberapa orang lainnya terpantik membaca puisi. Sementara, Yagus Triana, pengelola kafe yang sedari awal turut khusuk menonton, menyumbangkan suara emasnya.  

Toni Lesmana menyatakan, selama ini kafe-kafe atau kedai kopi di Ciamis identik dengan sajian musik. Sebagai ikhtiar mengakrabkan puisi kepada masyarakat, khususnya anak muda, musik dan kafe bisa dijadikan gerbang masuk. Terlebih, tempat-tempat tersebut, khususnya di Ciamis, telah menjadi semacam titik temu atau simpul gerakan budaya.

“Ciamis belum punya ruang berkesenian yang memadai. Tapi kafe banyak. Dalam kondisi ini, anak-anak muda potensial Ciamis menjadikan kafe bukan cuma tempat nongkrong, tapi juga ruang ekspresi dan kreativitas. Momen-momen perjumpaan di kafe itu sering kali melahirkan ide kreatif peristiwa kebudayaan,” ungkapnya.

Hal senada diamini Sofyan Romjani, koordinator Sweetcity Movement. Sebagai generasi milenial, ia sangat bersemangat mengisi kafe-kafe dengan kegiatan semacam Puisik.

“Wah, kalau bisa rutin, asik. Puisik jadi makin asik. Tempatnya bisa pindah-pindah. Kafe di Ciamis banyak yang mau kerjasama. Malah senang, tempatnya jadi ramai,” turutnya.

Hari berikutnya, Puisik berpindah ke Namless, kafe di kawasan Jl. Jend. Sudirman, Ciamis. Malam itu, deklamator kawakan Ciamis, Didon Nurdani membaca beberapa puisi karya Rifki S. Fahri. Selain Didon, tampil pula Rifani, Willy Fahmi Agisa, Deri Hudaya, Rifki S. Fahri, Mufidz Ath-Thoriq, dan beberapa orang lainnya membacakan puisi.

Sebelum dipungkas sajian musik dari Legi Ferdian, dua penyair yang bukunya turut dibahas dalam Hajatan Sastra, Rifki dan Deri, sempat berbagi cerita proses kreatif di balik lahirnya karya-karya mereka.

Semua penyair yang bukunya dibahas dijadwalkan hadir. Namun, empat di antaranya berhalangan karena masalah kesehatan.

“Ya, semoga energi dari kegiatan Hajatan Sastra ini bisa sampai ke mereka dan jadi pendorong  untuk kesembuhan mereka,” tutur Toni.  

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow