Kampung Kuta Gelar Upacara Adat Nyuguh, Rayakan Tradisi dan Lestarikan Budaya
INILAHTASIK.COM | Kampung Kuta, sebuah desa yang terletak di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, kembali menyelenggarakan Upacara Adat Nyuguh pada 25 Safar 1446 Hijriah, yang bertepatan dengan 29 Agustus 2024. Upacara tahunan ini merupakan bentuk ungkapan syukur masyarakat Kampung Adat Kuta kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kelancaran dan kenikmatan yang diterima sepanjang tahun.
Upacara Nyuguh yang dilaksanakan di Kampung Kuta dikenal dengan ciri khasnya yang mempertahankan tradisi Sunda. Salah satu aspek yang paling mencolok adalah penggunaan bahan alami dalam pembangunan rumah dan pengolahan makanan, tanpa proses kimia. Hal ini mencerminkan komitmen masyarakat Kuta terhadap gaya hidup sehat dan lingkungan yang alami.
Acara Nyuguh tahun ini mengusung tema "Lestari Budayaku, Lestari Hutanku, Makmur Wargaku, Berkelanjutan Adatku". Tema ini mencerminkan upaya masyarakat Kuta untuk menjaga dan melestarikan budaya serta lingkungan mereka. Dalam acara ini, hadir PJ Bupati Ciamis, H. Engkus Sutisna, beserta jajaran Forkopimda, Forkopinca, tokoh masyarakat, OSIS, tokoh budaya, serta Kang Aip, yang turut memberikan dukungan dan penghargaan atas dedikasi masyarakat Kampung Kuta.
Kampung Kuta telah menerima berbagai penghargaan, baik nasional maupun internasional, sebagai pengakuan atas upaya mereka dalam menjaga ekosistem alam. Pada tahun 2002, Kampung Adat Kuta dianugerahi Kalpataru oleh Presiden Republik Indonesia atas kontribusi mereka dalam pelestarian lingkungan. Penghargaan ini menunjukkan betapa pentingnya peran Kampung Kuta dalam pelestarian alam, dan foto ketua adat, Warsim, kini terpampang di kantor pusat lingkungan hidup.
Dalam pidatonya, Pj. Bupati Ciamis, H. Engkus Sutisna, ST, MT. menekankan pentingnya implementasi filosofi ajaran Sunda dalam kehidupan sehari-hari.
"Filosofi ajaran Sunda masih sangat relevan jika diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Oleh karena itu, urang Sunda khususnya di Ciamis harus Mekar, Motekar, Mencar, Nyebar, dan Nyekar," ujarnya, Kamis, 29 Agustus 2024.
Upacara Adat Nyuguh adalah tradisi yang telah dilaksanakan turun-temurun. Menurut sesepuh dan ketua adat, Warsim, Nyuguh dilaksanakan setiap tahun pada 25 Safar dan merupakan bentuk penyambutan pasukan Padjadjaran yang akan melewati Kampung Adat Kuta dalam perjalanan mereka ke timur. Upacara ini juga dikenal sebagai Nyuguhan atau Susuguh, yang berarti penyambutan atau pemberian.
Selama upacara, masyarakat mengenakan pakaian adat Kampung Adat Kuta; pria mengenakan baju putih, celana hitam, dan iket, sementara wanita memakai kebaya. Kegiatan dimulai dengan pagelaran seni budaya seperti Ronggeng Tayub, Gondang Buhun, Terebang, dan Gembyung. Acara ini berlangsung di pusat perkampungan dan diakhiri di ujung jalan dekat Sungai Cijolang, yang berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah.
Menjelang sore, masyarakat melakukan prosesi arak-arakan dongdang atau tandu yang berisi makanan hasil bumi, termasuk ketupat. Tandu ini digantungkan pada bambu di ujung jalan kampung. Masyarakat dari Jawa Tengah dan daerah sekitar turut berpartisipasi dengan membawa hasil laut untuk ditukar dengan makanan dari Kampung Kuta, sebagai simbol kebersamaan antara masyarakat Sunda dan Jawa.
Setelah upacara, sesepuh adat melakukan doa atau tawasulan kepada leluhur Galuh, diikuti dengan makan bersama di ujung jalan kampung. Makanan yang dibawa oleh warga dibagikan dan dinikmati bersama, mencerminkan semangat kebersamaan dan kekeluargaan.
Kepala Adat Warsim menjelaskan bahwa upacara Nyuguh harus dilakukan sebelum tanggal 26 Safar, dan tidak ada aktivitas lain yang diperbolehkan setelah tanggal 25 Safar hingga puncaknya pada hari Selasa dan Rabu Wekasan.
Masyarakat Kampung Kuta juga menjaga kelestarian lingkungan dengan memelihara Hutan Adat atau Leuweung Larangan. Hutan ini dilindungi dengan istilah Pamali dan dijaga dari niat-niat buruk untuk mengambil hasil bumi secara sembarangan, sebagaimana diungkapkan dalam Lagu Mars Kampung Kuta.
Upacara Adat Nyuguh tidak hanya merupakan perayaan budaya tetapi juga sebuah bentuk komitmen terhadap pelestarian lingkungan dan pewarisan budaya untuk generasi mendatang.
What's Your Reaction?