Gawai untuk Anak Usia Dini, Dorong atau Hambat Perkembangan?

Oct 23, 2023 - 19:46
Oct 23, 2023 - 19:56
Gawai untuk Anak Usia Dini, Dorong atau Hambat Perkembangan?

OPINI, INILAHTASIK.COM | Pesatnya kemajuan teknologi telah merambah ke setiap aspek kehidupan kita, termasuk anak usia dini. Anak-anak sejak kecil sudah mengenal berbagai gawai seperti smartphone, tablet, dan konsol game. Perangkat ini telah mengubah cara anak-anak bermain, belajar, dan berkomunikasi.

Berdasarkan penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa anak yang berusia di bawah 8 tahun sudah memiliki gawai sendiri dan pada usia 3-5 tahun anak telah diperbolehkan menggunakan gawai (Hidayati dkk., 2023). Karena itu tidak heran bahwa anak-anak telah mengenal dan menggunakan gawai sejak dini.

Beberapa orang berpendapat bahwa gawai dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan anak. Namun sebagian yang lain menyatakan kekhawatiran mengenai potensi risikonya. Sehingga  gawai  diibaratkan  pisau  bermata  dua yang yang bisa bermanfaat, tetapi juga bisa membahayakan kehidupan anak-anak.

Melihat dua paradigma tersebut membuat topik gawai pada anak usia dini masih menjadi perdebatan. Maka dari itu, esai ini akan membahas apa saja fitur gawai yang digunakan oleh anak usia dini, dampak positif dan negatif gawai pada anak usia dini, serta upaya untuk meminimalisir dampak negatif tersebut.

Fitur-fitur gawai yang dibiasa digunakan oleh anak usia dini, yaitu permainan, sosial media, dan aplikasi pembelajaran. Permainan adalah hal yang sangat anak-anak senangi. Sejati (2020) menyatakan alasan mengapa permainan yang terdapat di dalam gawai lebih disukai anak anak karena tampilan yang sajikan sangat menarik baik dari segi warnanya yang sangat cerah dan karakternya yang sangat lucu.

Selain permainan ada pula video-video interaktif yang dapat menarik perhatian anak. Video-video tersebut biasanya bersumber dari sosial media, seperti YouTube, Tiktok, Instagram, dan platform lainnya. Di samping itu, ada juga anak anak yang mengakses aplikasi pembelajaran yang digunakan untuk belajar mengaji, mengenal huruf, dan lainnya.

Di satu sisi, gawai terbukti bermanfaat dalam hal pendidikan dan perkembangan anak usia dini. Tersedia beragam aplikasi pendidikan, permainan, dan platform pembelajaran interaktif yang dapat meningkatkan keterampilan kognitif, linguistik, dan motorik anak. Misalnya, ada aplikasi yang dirancang khusus untuk mengajarkan huruf, angka, dan bentuk dengan cara yang menyenangkan dan menarik.

Suryaningsih dan Yon (2021)  pun menuturkan bahwa anak dapat mengenal kosakata Bahasa Inggris memalui games yang dilihat. Teknologi tersebut dapat membantu anak-anak mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan meningkatkan koordinasi tangan-mata.

Tentu saja terdapat kekhawatiran mengenai penggunaan gawai yang berlebihan pada anak usia dini, salah satunya aspek fisik motorik. Selain itu, sifat adiktif dari beberapa game dan aplikasi dapat menyebabkan dengan perilaku kurang gerak, postur tubuh yang buruk, dan bahkan obesitas pada anak kecil.

Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Adwiah & Diana (2023) yang menunjukkan bahwa gawai dapat memberikan dampak negatif bagi fisik dan motorik anak, seperti anak mendapatkan paparan radiasi berbahaya serta anak sedikit bergerak yang dapat menyebabkan obesitas.

Masalah lain seputar gawai pada anak usia dini adalah potensi dampaknya terhadap sosial emosional. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa paparan terus-menerus terhadap media digital dapat menyebabkan gangguan tidur, kecemasan, dan bahkan depresi pada anak.

Janah & Diana (2023) bahkan mengungkapkan bahwa gawai dapat memberikan dampak negatif karena apabila anak sudah kecanduan gawai  anak lebih mudah emosi, cenderung tidak peduli lingkungan sekitar, tidak memahami etika bersosialisasi, suka berteriak, malas bergaul, sering tantrum, dan memiliki perilaku malas. Hal-hal tersebut yang menjadi kekhawatiran orang tua karena gawai bisa menjadi alasan yang kuat anak memiliki kontrol sosial-emosional yang buruk.

Penting bagi orang tua dan pendidik untuk memantau dan mengatur penggunaan gawai pada anak usia dini. Nugroho (2022)  menuturkan bahwa orang tua harus memberikan batasan waktu pada anak dalam menggunakan gawai agar anak tidak lupa dengan waktu yang dibutuhkan dalam dirinya. Idealnya anak-anak berusia 0-2 tahun tidak boleh terpapar gawai dan anak-anak berusia 3-5 tahun dibatasi hanya 1 jam per hari.

Penting juga untuk memberikan berbagai pengalaman belajar melalui buku, mainan, dan aktivitas langsung untuk mendorong perkembangan anak. Upaya-upaya tersebut dapat meminimalisir dampak negatif dari penggunaan gawai untuk anak usia dini.
 
Kesimpulannya, gawai telah menjadi bagian tak terpisahkan dari anak usia dini, memberikan manfaat sekaligus tantangan. Meskipun memberikan kesempatan pendidikan dan konektivitas, penggunaan gawai yang berlebihan dapat berdampak buruk pada kesehatan fisik dan mental anak. Penting bagi orang tua dan pendidik untuk mencapai keseimbangan dengan membatasi waktu menatap layar dan memberikan beragam pengalaman belajar.

Berliana Siti Fatonah
Mahasiswa PGPAUD UPI Kampus Tasikmalaya

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow