Tantangan Menjaga Amanah Berharga nan Mulia

Mar 12, 2024 - 20:42
Mar 12, 2024 - 20:43
Tantangan Menjaga Amanah Berharga nan Mulia

INILAHTASIK.COM | Bersyukurlah para orang tua yang Allah amanahkan anak-anak. Di sekeliling kita masih banyak keluarga yang menginginkan anak tetapi masih dalam penantian. 

Amanah berharga tersebut haruslah diurus dan dididik dengan baik, sesuai dengan yang diinginkan pemberi amanah, Allah SWT. 

Terlebih ketika menginjak usia remaja, yang begitu rentan dengan berbagai kerusakan dan kekerasan. 

Masa remaja sering dikatakan sebagai masa pencarian jati diri. Ketika tidak diarahkan dan dipantau dengan benar, maka kerusakan generasi yang didapat. 

Diantara kerusakan remaja yang marak terjadi hari ini adalah perundungan atau bullying. 

Aksi bullying terjadi diberbagai jenjang usia dan pendidikan. Mulai dari anak usia sekolah dasar, sekolah bertaraf internasional ataupun berbasis agama. Semua tak luput dari aksi-aksi bullying baik verbal maupun non verbal. 

Mirisnya, pelaku bullying non verbal yang berupa kekerasan fisik ini bukan hanya anak lelaki saja, anak perempuan pun berani melakukannya. 

Seperti yang terjadi di Batam beberapa pekan lalu, seorang remaja putri berinisial SC (17) mendapatkan kekerasan dari sekelompok remaja putri, karena membela saat adik AM (14) yang diduga hendak diperdagangkan oleh pelaku (Tribunnews.com, 2 Maret 2024).

Beginilah potret buram generasi di negeri ini, jauh dari nilai-nilai agama dan moral, serta lekat dengan kekerasan. 

Sebagai generasi harapan umat, seharusnya potensi mereka digunakan untuk menyambut peradaban gemilang. Bukan dihabiskan untuk hal-hal yang menghancurkan diri, orang lain, juga peradaban. 

Namun, kubangan kapitalisme sekularisme telah melahirkan generasi bermental brutal, dan emosional. 

Sekularisme atau pemisahan agama dengan kehidupan, semakin menyuburkan aksi rusak generasi. Sebab, dalam sistem ini tak mengenal halal haram. Ketika perbuatan yang dilakukan menguntungkan dan memberikan kepuasan jasadiyah maka sah-sah saja. 

Para orang tua yang begitu sibuk mengejar pundi-pundi rupiah, meminimkan peran mereka dalam mengurus dan mendidik anak. 

Ditambah kondisi masyarakat yang terkadang mentolerir kemaksiatan. Sikap cuek terhadap individu lain dalam masyarakat, menjadikan kemaksiatan semakin merajalela. 

Berbagai tontonan yang merusak generasi masih saja diberi ruang. Alhasil, menjadi tuntutan bagi mereka dalam kehidupan. 

Setiap permasalahan hidup harus dicarikan solusinya sampai ke akar, agar permasalahan tersebut tak berulang atau semakin meningkat. 

Seperti permasalahan bullying yang meresahkan ini, semua berakar dari penerapan landasan hidup yang salah. Landasan hidup yang mengagungkan aturan buatan manusia dan menafikan aturan sang Pencipta, Allah SWT. 

Lantas sistem kehidupan yang bagaimana yang mampu mensejahterakan, dan membawa generasi ke arah perubahan yang cemerlang?

Jawabannya hanyalah sistem islam. Kenapa? hal ini bisa dilihat dari sejarah kegemilangan sistem islam ketika diterapkan di tengah umat, mampu menguasai 2/3 dunia dalam kurun waktu 13 abad. Catatan kejahatan selama kejayaan Islam pun hanya sekitar 200 an kasus. 

Terkait bullying atau perundungan Islam memiliki seperangkat aturan, yang mampu menjadi solusi. 

Dalam Islam, Allah SWT memerintahkan para orang tua untuk menjaga dan mendidik anaknya menjadi anak yang sholeh dan terhindar dari azab Allah. 

Allah SWT berfirman yang artinya:

"Wahai orang-orang yang beriman! peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan" (TQS. at-Tahrim:6). 

Dalam memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan dasar lainnya, negara yang menerapkan sistem islam akan menjamin semua kebutuhan terpenuhi. Sebab, pemimpin dalam islam berfungsi sebagai riayatul suunil ummah (pihak yang berkewajiban mengurusi umat). 

Sehingga para orang tua khususnya ibu fokus dengan pengasuhan dan pendidikan anak. Tidak seperti sekarang yang menjadikan para perempuan atau seorang ibu harus berada di luar rumah, untuk membantu tugas suami mencari nafkah. 

Selain itu, negara akan menerapkan sanksi yang tegas, dan menjerakan sesuai kejahatan atau kekerasan yang dilakukan. Sanksi dalam islam bersifat jawabir (penebus dosa) dan zawajir (pencegahan). 

Dengan penerapan aturanNya disetiap aspek kehidupan, maka amanah mulia dan berharga dari Allah dengan mudah untuk diarahkan menuju generasi cemerlang pembawa perubahan. 

wallahua'lam bishowab.

Oleh: Yayat Rohayati

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow