Pemahaman Uang Rupiah Bagi Tuna Netra, Atasi Tantangan dan Tingkatkan Kemandirian Keuangan

Apr 6, 2024 - 12:59
Apr 6, 2024 - 13:06
Pemahaman Uang Rupiah Bagi Tuna Netra, Atasi Tantangan dan Tingkatkan Kemandirian Keuangan

INILAHTASIK.COM | Hujan yang mengguyur tidak menyurutkan semangat para disabilitas tuna netra yang tergabung dalam Majelis Taklim Tuna Netra Al Hikmah untuk mencari ilmu tentang pemahaman materi mata uang rupiah.

Sejak pukul 15.00 WIB, puluhan orang yang didampingi oleh relawan dari Paguyuban Pegiat Disabilitas Tasikmalaya (Papeditas) memasuki Masjid Al Wasilah di Kampung Cintarasa, Kahuripan, Tawang, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat.

Kegiatan ini diinisiasi dan bekerja sama antara Bank Indonesia Perwakilan Kantor Tasikmalaya dengan Majelis Taklim Al Hikmah serta Papeditas, diikuti oleh penyandang netra yang berprofesi sebagai terapis pijat, pedagang asongan, dan pemilik warung.

Jono Sujono, didampingi Yadi Supriadi dan Yudha Hendriana Gurnita dari Staf Implementasi Pengelolaan Uang Rupiah KPw BI Tasikmalaya, menyebut kegiatan ini sebagai program pemerintah untuk lebih memperkenalkan, menumbuhkan, bahkan meningkatkan rasa cinta, bangga, dan pemahaman terhadap Rupiah.

"Program Cinta, Bangga, dan Paham (CBP) Rupiah sangat penting bagi seluruh masyarakat Indonesia untuk menumbuhkan rasa cinta, bangga, dan pemahaman terhadap Rupiah, terutama bagi rekan-rekan kita para penyandang disabilitas dalam mengenali keaslian uang rupiah," ungkap Jono Sujono pada Jumat (5/4/2024).

Jono menambahkan bahwa peserta dari Kota dan Kabupaten Tasikmalaya, serta Kabupaten Ciamis, sangat antusias mengenali pecahan rupiah dalam bentuk 3D, dengan fokus pada metode perabaan, yang tentunya akan memudahkan mereka dalam mengidentifikasi fitur pengaman uang, termasuk blind code (kode tunanetra).

"Alhamdulillah, para peserta sangat antusias; bahkan sebagian besar sudah dapat membedakan pecahan uang mulai dari 100.000 hingga 1.000," terangnya.

Perwakilan dari Bank Indonesia berharap bahwa melalui edukasi CBP Rupiah kepada penyandang disabilitas, mereka dapat meningkatkan pengetahuan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Ajat (52), seorang pedagang tempe dari Kampung Sirnagalih, mengatakan bahwa awalnya ia mengalami kesulitan dalam memahami pecahan rupiah, namun sekarang ia dapat membedakannya berdasarkan ukuran, meskipun kadang-kadang dibantu oleh orang lain.

"Sementara ini saya membedakan uang berdasarkan ukurannya, terkadang dibantu oleh orang lain jika sedang bersama," terangnya.

Mamat Rahmat, sesepuh Majelis Taklim Tuna Netra yang kehilangan penglihatannya sejak usia enam tahun, mengungkapkan bahwa sebagian besar jamaahnya, yang jumlahnya sekitar 300 orang, belum memahami atau mampu membedakan pecahan mata uang rupiah secara manual. Meskipun beberapa jamaah muda menggunakan aplikasi pembaca uang dari handphone mereka, Mamat merasa bahwa pemahaman manual lebih penting agar tidak tergantung pada perangkat.

Mamat juga menyampaikan keluhan kepada perwakilan Bank Indonesia tentang kesulitan membuka rekening tabungan di beberapa bank, baik pemerintah maupun swasta, karena masalah tanda tangan yang selalu berubah, yang dapat membahayakan keamanan nasabah penyandang tuna netra.

Mamat mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada Bank Indonesia Kantor Perwakilan Tasikmalaya serta para donatur yang telah memberikan perhatian dengan menyelenggarakan sosialisasi Program Cinta, Bangga, dan Paham Rupiah.

"Sekali lagi, saya ucapkan terima kasih kepada Bank Indonesia dan para donatur seperti dari Asia Plaza, Nasi Viral, yang telah mendukung kegiatan sosialisasi ini, yang diakhiri dengan buka bersama dan pemberian santunan," pungkasnya.

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow