Menilai Baik dan Buruk Hanya Karena Allah

Feb 12, 2023 - 23:03
Menilai Baik dan Buruk Hanya Karena Allah

OPINI, INILAHTASIK.COM | Sedih dan bahagia atau baik dan buruk adalah dua hal yang saling bergantian mengisi kehidupan manusia. Tak ada satu waktu pun mereka mampu bersama.

Ketika suatu hal yang tidak diharapkan menimpa, maka manusia akan merasa sedih, kecewa, dan marah. Bahkan manusia menganggap itu adalah keburukan, terkadang sampai berburuk sangka (suudzon) kepada Allah Swt. 

Sebaliknya,  ketika apa yang diinginkan terlaksana maka manusia akan merasa bahagia dan menilainya sebagai sebuah kebaikan. 

Sejatinya sesuatu yang buruk dimata manusia belum tentu buruk dimata Allah, dan sebaliknya.

Misalnya, seorang remaja muslimah menutup aurat sempurna dan memilih no pacaran diserbu dengan kata-kata bullyan sampai dijauhi temannya karena dianggap nggak asik diajak gaul. Dia menilai itu sebuah keburukan baginya.

Padahal fakta sekarang banyak kasus remaja yang meminta dispensasi nikah karena telah hamil duluan. Semua terjadi akibat dari pacaran dan remaja yang enggan menutup auratnya.

Kejadian tersebut mengingatkan manusia bahwa standar baik dan buruk perbuatan manusia adalah hukum Allah SWT, bukan penilaian manusia.

Allah Swt. menciptakan manusia berbeda dengan makhluk lainnya. Manusia diciptakan dengan bekal hidayah (petunjuk) dari Allah berupa:

1. Hidayatul Khaliq (hidayah penciptaan)

Hidayah ini Allah berikan langsung pada setiap manusia yakni berupa akal. Akal dalam hal ini sebagai alat untuk berpikir dalam menemukan keimanan, menyelesaikan masalah hidup dan membedakan mana yang baik dan buruk.

2. Irsyad wal bayan (petunjuk dan penjelasan) 

Dalam hal ini adalah Al Qur'an dan Sunnah. Allah Swt mengutus seorang Rosul untuk menyampaikan hidayah yang kedua ini, karena Allah tahu akal manusia tidak cukup untuk tertunjukinya seseorang menjadi taat.

Oleh karena itu diperlukan adanya petunjuk dan penjelas sebagai standar akal manusia dalam berfikir. 

3. Taufik (hidayah kecukupan)

Artinya dengan hidayah manusia merasa cukup sehingga diringankan dalam ketaatan. Mereka memiliki konsekuensi sami'na wa atho'na kami dengar maka kami taat.

Hidayah yang ketiga ini merupakan hidayah yang mahal. Karena hanya orang-orang pilihan Allah yang mampu mendapatkannya.

Adapun syarat untuk mendapatkan hidayah taufik ini adalah tawadhu yakni merendah diri dihadapan Allah dan merendah hati dihadapan manusia.

Oleh karena itu, ketika manusia mampu menilai baik dan buruk berdasarkan syariat Allah yang tertunjuki dalam Al Qur'an dan Sunnah, in Syaa Allah semakin mendekatkan kita dengan taufikNya.

Wallahu'alam

Oleh : Yayat Rohayati

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow