Ciptakan Keharmonisan Antar Umat Beragama dengan Toleransi Hakiki 

Jun 21, 2023 - 01:48
Jun 21, 2023 - 01:50
Ciptakan Keharmonisan Antar Umat Beragama dengan Toleransi Hakiki 

OPINI, INILAHTASIK.COM | Suatu hubungan yang di dalamnya terdapat kerukunan meliputi sikap saling menghargai, menghormati, saling pengertian dan saling mengasihi, itulah keharmonisan.

Keharmonisan menjadi dambaan setiap individu dalam menjalin suatu hubungan. Pun demikian dalam hubungan antar umat beragama. 

Namun, sampai hari ini keharmonisan yang terbentuk dari kerukunan antar umat beragama sepertinya menyisakan PR besar bagi penguasa.

Pasalnya, banyak polemik antar umat beragama yang tak menemukan solusi tuntas. Seperti konflik pendirian rumah ibadah dengan syarat rekomendasi Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB),  seringkali menyoroti umat Islam sebagai sumber dari konflik yang muncul ke permukaan.

Pada faktanya, guna mendapatkan rekomendasi dari FKUB ada beberapa syarat administrasi yang tidak memadai, diantaranya 60 dukungan masyarakat dan 90 kartu identitas pengguna rumah ibadah.

Berangkat dari polemik tersebut, juru bicara Kementerian Agama Anna Hasbie bersama tokoh agama dan menteri dalam negeri melakukan pengkajian ulang terhadap peraturan yang ada.

Menurutnya, diperlukan adanya perubahan serta penguatan aturan (BBC.com, 7 Juni 2023).

Perubahan yang akan diterapkan antara lain; dalam izin pendirian rumah ibadah cukup dengan satu rekomendasi, yakni dari kepala kantor Kemenag di daerah setempat. 

Tidak memerlukan lagi rekomendasi dari Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB).

Kemudian perubahan selanjutnya adalah syarat administrasi berupa 60 dukungan masyarakat dan 90 kartu identitas pengguna rumah ibadah, akan dipermudah. 

Sehingga memudahkan kelompok minoritas yang selama ini merasa alami kesulitan dalam izin pembangunan tempat ibadah.

Sekilas aturan baru tersebut mampu menjadi solusi, karena didalamnya mencerminkan wujud toleransi umat beragama.

Namun faktanya tetap akan berpotensi menimbulkan konflik, sebab toleransi umat beragama yang digadang-gadang mampu menyatukan dan menciptakan keharmonisan, hanyalah angan semu.

Toleransi yang ditawarkan dalam sistem kapitalisme sekularisme adalah toleransi standar ganda, tidak konsisten dan berat sebelah.

Para pegiat HAM dan kebebasan akan bersuara lantang membela sepenuhnya, ketika ada minoritas yang tertindas.

Sebaliknya, ketika mayoritas yang tertindas mereka mengatakan harus toleransi dan saling menghargai. 

Toleransi seperti ini sampai kapanpun tak akan mampu mewujudkan keharmonisan umat beragama. 

Sebab, perwujudan toleransi dalam sistem ini berlandaskan pada akal manusia yang terbatas, serba kurang serta mengedepankan hawa nafsu.

Sedangkan toleransi yang mensejahterakan, tak mencampurkan antara yang hak dan bathil, dan bebas tapi tetap dengan batasan syara, akan dijumpai ketika suatu negara menerapkan sistem yang berasal dari Allah SWT, yakni sistem Islam.

Islam bukan hanya agama yang mengatur urusan manusia dengan pencipta, tetapi Islam juga sebuah ideologi yang mampu menyelesaikan segala problematika hidup manusia.

Sejak masa Rosullallah dan para sahabat, Islam tak pernah mempermasalahkan keberagaman ataupun toleransi. 

Dalam penyelesaian problem baik pokok maupun cabang, Islam tak pernah memaksakan non muslim untuk masuk Islam.

Allah SWT berfirman yang artinya:

"Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar kepada Toughut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus" (QS. Al - Baqarah: 256).

Dari ayat ini jelas Islam sangat menghargai keberagaman, tidak memaksakan non muslim untuk masuk ke dalam Islam, dan Islam menghargai kebebasan beragama.

Namun bebas disini bukan berarti bebas tanpa batas, tetap dengan aturan yang ditetapkan syara.

Dalam sejarah mencatat, 1400 tahun non muslim hidup sejahtera dalam negara yang menerapkan sistem Islam (khilafah Islamiyyah). Umat Islam hidup damai berdampingan dengan non muslim.

Semua itu karena toleransi hakiki mampu diterapkan oleh negara bukan hanya sebatas individu/kelompok.

Toleransi hakiki itulah yang mampu mewujudkan kerukunan dan keharmonisan umat beragama.

Wallahu'alam.

Oleh: Yayat Rohayati

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow