Alat Timbang Tak Akurat, Picu Tingginya Angka Stunting di Cigalontang

INILAHTASIK.COM | Data Dinas Sosial dan PPKB P3P Kabupaten Tasikmalaya mencatat sebanyak 14.775 anak di Kab. Tasikmalaya masih beresiko stunting. Mereka merupakan balita mulai 0 sampai 59 bulan tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Tasikmalaya.

Berdasarkan data survei status gizi Indonesia Kementrian Kesehatan, kasus stunting di Kabupaten Tasikmalaya pada tahun 2023 menduduki angka 27,5 persen, angka tersebut naik dari tahun 2022 yang sebelumnya 24,4 persen.

Menurut data, sebaran kasus stunting terjadi di 39 kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya, paling tinggi berada di Kecamatan Cigalontang sebanyak 1.045 kasus.

Menanggapi hal tersebut Camat Cigalontang Dedi Herniwan mengakui memang 1045 balita di Cigalontang menderita stunting.

"Kalau melihat jumlah angka memang  seperti itu, tapi setelah kami melakukan evaluasi bersama para kepala desa, bidan dan kader posyandu, jujur kami meragukan data tersebut," ucap Dedi.

Keraguan camat tersebut, dibuktikan setelah pihaknya memeriksa puluhan alat ukur timbangan bayi yang biasa digunakan para kader untuk menimbang balita.

"Setelah kami perintahkan para kader untuk mengecek beberapa timbangan, ternyata hasilnya tidak sama. Bahkan perbedaan antara timbangan di desa satu dengan desa lainnya pun jauh sekali," kata Dedi.

Pihaknya meyakini, bahwa tingginya jumlah stunting di Kecamatan Cigalontang di picu ketidak akuratan alat timbang balita. Terbukti setelah semua alat ukur timbang di periksa dan di ter ulang oleh Dinas Perdagang, kemudian digunakan lagi oleh para kader, jumlah angka stunting menurun drastis.

"Contohnya di Desa Cidugaleun yang semula jumlah balita stunting ada 150 balita, setelah di timbang ulang dengan timbang yang sudah di tera, ternyata jumlah keseluruhan di desa tersebut hanya ada 75 anak balita yang memang tergolong stunting," ujar Dedi.