Pembangunan Jembatan Gantung Cangkrung Dibantu Komunitas Methodist 90 Go Charity

Aug 9, 2021 - 22:03
Aug 30, 2021 - 04:23
Pembangunan Jembatan Gantung Cangkrung Dibantu Komunitas Methodist 90 Go Charity

KAB. TASIK, INILAHTASIK.COM | Warga Desa Cisempur, Kecamatan Cibalong dan Desa Mandalahurip, Kecamatan Jatiwaras, Kabupaten Tasikmalaya sekarang ini bisa bernafas, pasalnya pembangunan Jembatan Gantung Cangkrung sudah rampung dilaksanakan dab diresmikan pada Minggu 08 Agustus 2021.

Sebelum jembatan yang terbentang di atas Sungai Ciwulan tersebut dibangun, warga terbiasa menyeberangi sungai dengan menggunakan rakit.

Komunitas Methodist 90 Go Charity salah satu yang terlibat membantu proses pembangunan jembatan tersebut.

Dengan anggaran sebesar Rp 150 juta, jembatan gantung yang menghubungkan dua desa ini dibangun dengan panjang 140 meter dan lebar 1,2 meter.

Kontruksinya terbuat dari besi baja. Sementara hamparan bawah menggunakan kayu sehingga hanya bisa dilalui oleh 3 orang, dan satu sepeda motor secara bergantian.

Berbicara organisasi yang satu ini, Ketuanya Kadir Selamatan menerangkan bahwa Komunitas Methodist 90 Go Charity sudah berdiri sejak 2017. 

“Pertama kali berdiri, komunitas ini bukan untuk membangun jembatan, tapi lebih ke arah baksos yang dilakukan seperti komunitas lain,” ungkapnya, Minggu 08 Agustus 2021.

Ia menyebut, pertama kali melakukan baksos di Panti Jompo Bekasi.

“Tapi setelah review dan mendengarkan informasi terkait baksos-baksos yang sejenis, kami memutuskan untuk menghentikan kegiatan itu. Lalu, di satu rapat kami putuskan untuk membangun fasilitas umum,” jelasnya.

Project pertama Komunitas Methodist 90 Go Charity, lanjut Kadir, dilakukan di Desa Suryabanglari. Saat itu mereka mengerjakan sebuah jembatan kecil sepanjang 16 meter dan membangun 4 tempat Mandi Cuci Kakus (MCK) sekaligus pengadaan air bersih.

“Sampai saat ini jembatan yang sudah dibangun ada sembilan, dan Jembatan Cangkrung di Desa Cisempur ini yang kesembilan," katanya.

Menurutnya, anggaran untuk membangun satu jembatan rata-rata memakan biaya sekitar 100 sampai 150 juta rupiah.

“Termasuk yang di Desa Cisempur mencapai seratusan juta lebih. Kalau ditotalkan dari kesembilan jembatan yang sudah dibangun habis Rp 1,5 Miliaran,” sebut Kadir.

Ia juga mengungkapkan bahwa komunitasnya ingin berbuat sesuatu yang berbeda dengan komunitas lain. Karena itu memilih membangun jembatan di berbagai wilayah di Indonesia.

“Kenapa kami memilih membangun jembatan, lantaran jembatan itu salah satu penghubung jalan antara satu desa dengan desa lainnya. Jembatan juga bisa meningkatkan sisi ekonomi, serta memudahkan akses. Misal, ada ibu hamil yang perlu dibawa ke rumah sakit ataupun orang-orang sakit,” ucapnya.

Jika ada masyarakat yang ingin membangun jembatan, komunitasnya akan menyaring dan melakukan survei terlebih dahulu.

“Kami survei dulu dengan teliti untuk memastikan jembatan tersebut akan menghubungkan dua desa yang aktif. Terus juga melihat jumlah KK yang cukup banyak, dan apakah aksesnya vital. Kami juga tidak hanya sekedar ada yang butuh jembatan lalu langsung dibangun, tapi dilihat apakah manfaatnya bisa dirasakan oleh masyarakat,” ujarnya.

Sementara itu, Kades Cisempur Didi Setiadi, mengucapkan terima kasih kepada Methodist 90 Go Charity dan Vertical Rescue Indonesia atas pembangunan jembatan gantung tersebut. 

“Karena sangat membantu masyarakat yang kesehariannya bekerja petani dan bolak balik dari Desa Cisempur ke Desa Mandalahurip,” katanya.

Meski diakuinya ada jalan lain, tapi jaraknya sangat jauh harus memutar sekitar 5 Kilometer, sehingga banyak warga melintas terutama anak-anak yang akan sekolah. 

“Dengan adanya jembatan gantung ini sekarang anak sekolah akan lebih mudah dan cepat ke desa Mandalahurip,” ungkapnya.

Seorang warga setempat, Ali Lukmanudin mengaku sangat terbantu dengan adanya jembatan gantung tersebut.

“Buat kami ini jadi solusi terutama bagi yang punya lahan pertanian dan para petani, karena tidak lagi harus bolak balik melintasi sungai,” katanya.

Ali menambahkan, sebelum dibangun jembatan terdapat dua opsi saat melintas di Sungai Ciwulan untuk sampai ke desa lain dan sebaliknya.
 
“Dengan cara naik rakit dan menempuh jalan yang sangat jauh karena memutar. Kalaupun ke depannya dibangun jembatan permanen tentu saja masyarakat sangat senang,” pungkasnya. (ABK)

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow

Achmad Bilal Achmad Bilal Kurniawan adalah seorang Jurnalis Muda yang berfokus pada berita pemerintahan, umum dan feature dengan wilayah kerja di Kabupaten dan Kota Tasikmalaya