Ngaos Art Akan Pentaskan Made in China, Teater tentang Rumah, Dunia, dan Pertanyaan-Pertanyaan yang Tak Selesai

INILAHTASIK.COM | Dari ruang kecil sebuah rumah, lahirlah pertanyaan besar tentang zaman. Kelompok seni pertunjukan Ngaos Art Foundation, yang konsisten menggali sisi filosofis keseharian lewat panggung teater, akan menggelar pementasan bertajuk Made in China, karya dan sutradara AB Asmarandana.
Pertunjukan ini dijadwalkan berlangsung selama dua malam, pada Jumat dan Sabtu, 27–28 Juni 2025, di Studio Ngaos Art, Amanda Residence, Tasikmalaya, mulai pukul 19.00 WIB.
Percakapan Kecil, Gema yang Luas
Made in China mengangkat percakapan sederhana antara seorang ibu dan anak. Namun, dari obrolan ringan soal mainan berlabel "Made in China", tumbuh pertanyaan-pertanyaan filosofis: tentang konsumsi, pendidikan, sejarah, relasi global, hingga makna kebahagiaan. Dalam ruang domestik yang sempit, dunia terasa luas dan terasa absurd.
“Pertunjukan ini bukan sekadar kritik atas ketergantungan kita terhadap produk luar, melainkan refleksi atas kebiasaan kita yang terlalu mudah menerima sesuatu tanpa menggugat, tanpa memahami,” ungkap roni akasah sebagai pimpro dalam sesi latihan terbuka.
Estetika Minimal, Imaji Maksimal
Didukung tata artistik dari kolektif visual Studio Rumah Palsu, yang dikenal dengan pendekatan realis-sugesti, pementasan ini tidak mengandalkan properti berlebihan. Garis tipis kapur, ruang kosong, dan cahaya adalah bahasa visual yang menyiratkan lebih dari yang ditampilkan.
Penata musik Alvin Nurul Azmi memperkaya atmosfer dengan komposisi ambient yang mengalir bersama ritme emosi, memberi ruang bagi kontemplasi dan absurditas hadir berdampingan.dengan menghadirkan paduan suara yang membahana
Dua aktor, Kahfi Nurul Asror dan Rika Johahara, menghidupkan naskah dengan intensitas dialog yang dalam sekaligus jenaka. Mereka menyampaikan rasa lapar akan pemahaman, di tengah dunia yang terlalu cepat memberi jawaban instan.
“Belajarlah Sampai ke Negeri China” — Tapi Untuk Apa?
Mengambil judul yang kerap kita dengar, “Made in China” bukanlah sindiran, melainkan pengingat. Bahwa globalisasi bukan sekadar tentang aliran barang, melainkan pergeseran nilai, persepsi, bahkan identitas. Ia membenturkan perintah untuk belajar dengan kenyataan bahwa kita lebih sering menjadi pembeli daripada pencipta.
“Pertanyaan anak dalam naskah ini seperti pisau tumpul yang perlahan mengiris: kenapa semuanya dari China? Dan apa artinya menjadi bangsa yang tidak memproduksi, hanya mengonsumsi?” tambah sang sutradara.
Jadwal dan Informasi Pementasan:
- Tanggal:
Jumat, 27 Juni 2025
Sabtu, 28 Juni 2025 - Lokasi:
Studio Ngaos Art
Amanda Residence, Tasikmalaya - Waktu:
Pukul 19.00 WIB – selesai - HTM:
Hanya untuk tanggal 28 Juni: Rp25.000,- - Reservasi:
Dzikri Alfa Robi Mustafa (WA): 0896-0319-7643
Panggung Sebagai Cermin
Made in China bukan hanya pertunjukan. Ia adalah ruang cermin—menantang kita untuk melihat kembali apa yang kita anggap biasa, untuk bertanya ulang apa arti menjadi manusia di tengah dunia yang serba cepat dan massal.
Bagi penikmat teater dan siapa pun yang masih percaya bahwa seni bisa menjadi jembatan menuju kesadaran, pementasan ini menawarkan pengalaman yang intim, reflektif, dan tak jarang menggugah senyum getir.
What's Your Reaction?






