Penyebrangan Ban Sungai Ciwulan, Jadi Alternatif Buruh Tani di Tasikmalaya Sampai ke Lokasi Panen

Jun 1, 2025 - 20:58
Penyebrangan Ban Sungai Ciwulan, Jadi Alternatif Buruh Tani di Tasikmalaya Sampai ke Lokasi Panen
Nampak seorang perempuan tengah menaiki penyebrangan ban di Sungai Ciwulan Tasikmalaya untuk mencapai lokasi sawah yang akan dipanen. Minggu (1/6/25). Foto | Istimewa

INILAHTASIK.COM | Musim panen menjadi berkah bagi para petani, begitu pun dengan warga yang biasa bekerja sebagai buruh tani, seperti di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya. Pada Minggu, 1 Juni 2025, sekitar pukul 06.00 pagi, puluhan perempuan maupun laki laki terlihat berjalan beriringan menuju lokasi sawah yang akan di panen. 

Perjuangan mereka untuk bisa mendapatkan padi dari hasil buruh tani tak mudah. Pasalnya untuk mencapai lokasi lahan sawah yang akan dipanen, mereka harus menghadapi risiko tinggi, yang sewaktu waktu bisa saja mengancam keselamatan jiwa mereka, dengan menyebrangi Sungai Ciwulan. 

Tak ada jembatan khusus untuk para buruh tani ini menyebrang. Saat tiba di pinggir Sungai Ciwulan, mereka telah disambut oleh seorang pemuda yang terlihat sudah siap memegang tali, dibawahnya terdapat sebuah ban mobil yang sudah di modifikasi, dimana bagian tengahnya terdapat tumpukan jerami sebagai tempat duduk.

"Sok saurang saurang," ucap Mang Asid, menyuruh seorang perempuan untuk naik ke atas ban untuk di sebrangkan ke sebrang Sungai Ciwulan, Minggu, 1 Juni 2025.

Rombongan para buruh tani tersebut ternyata para buruh tadi dari Kecamatan Salawu yang akan memanen padi di daerah Desa Tanjungkarang Kecamatan Cigalontang. 

"Kalau lewat jalan raya mah jauh pak, ada sekitar 10 kilometer. Kalau dari sini mah dekat, untuk sampai ke sebrang sana paling jalan 10 menit, ke sawah yang akan di panen," tutur Mang Asid, yang mengaku sudah biasa menggunakan jasa penyebrangan ban beralas jerami yang di tarik menggunakan tambang. 

Aktifitas penyebrangan dengan menggunakan ban bagian dalam, ternyata sudah hampir setahun dilakukan oleh Mang Ade warga dari Desa Tanjungkarang.

"Awalnya saya sering lihat ibu ibu yang mau ke sawah atau pulang dari sawah harus jalan memutar ke Citengek, yang jaraknya sekitar 10 kilometer sambil menggendong padi hasil panen," tutur Ade, saat ditemui di lokasi penyebrangan ban, Minggu, 1 Juni 2025.

Melihat hal itu, ia kemudian berpikir untuk membuat alat penyebrangan dari ban bekas yang di tarik dengan tambang. 

"Awalnya saya juga ragu, karena sungai Ciwulan ini sekalipun dalam kondisi airnya terlihat biasa, tapi kedalamannya cukup lumayan, ada sekitar dua meter, dan panjagnya 8 meter, di musim kemarau seperti sekarang," kata Ade. 

Setelah dicoba oleh satu sampai dua orang, ternyata masih aman. Bahkan para perempuan yang nyebrang pun sudah tak terlihat tegang lagi.

Aktifitas penyebrangan dengan menggunakan ban beralas jerami ini biasanya, hanya digunakan oleh para petani yang akan menggarap sawah, atau mengangkut hasil panen. 

"Ya memang sering digunakan para petani saja, yang mau panen, nyangkul, tandur ngerambet, atau ngangkut padi hasil panen" ucap Ade

Ditanya soal ongkos jasa penyebrangan ban, Mang Ade mengaku tidak pernah menargetnya. "Kalau ongkos mah seikhlasnya saja. Paling cuma 2000 per orang, begitu juga padi. Kalau banyak misalkan ada 30 karung, kadang suka ngasih 30.000. Tapi kadang ada juga yang minta di borong, padi sama orangnya suka ngasih 60.000," jelasnya 

Jika musim panen seperti sekarang ini, dari mulai pukul 06.00 pagi hingga sore hari, rata rata Mang Ade yang di bantu seorang temannya bisa mendapatkan penghasilan hingga 200.000 rupiah.

Penyebrangan ban beralas jerami ini, biasanya melihat kondisi air sungai. Jika airnya besar dan deras, mang Ade tak berani melakukannya. 

"Kalau airnya lagi deras saya nggak berani pak, resikonya besar. Sungai Ciwulan ini kan luas, jika airnya sedang besar dari pinggir sini sampai ke sebrang situ nyampai 50 meter. Saat airnya seperti ini, dari sini saja yang dangkal, sampai ke sebrang sana 26 meter," kata dia. 

Selama hampir setahun menjalani jasa penyebrangan ban, menurutnya belum pernah ada kejadian orang yang menggunakan jasanya jatuh ke sungai. 

"Alhamdulilah aman aman saja, bahkan kalau perempuan mah, kalau sudah duduk diatas jerami, malah terlihat asik saling bercanda. Mudah mudahan jangan sampai ada kejadian yang tidak diharapkan," pungkas Ade.

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow