Sambut Ramadhan Suci, Raih Takwa Hakiki

INILAHTASIK.COM - Tak terasa kita sudah berada di penghujung bulan Sya'ban. Itu tandanya sebentar lagi kita akan dipertemukan dengan bulan bertabur pahala, penuh rahmat dan ampunan, yakni bulan Ramadhan.
Bulan Ramadhan adalah bulan diwajibkannya berpuasa bagi umat muslim. Di bulan ini juga Allah SWT menurunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk manusia dalam berkehidupan. Selain itu, Allah membuka pintu surga selebar-lebarnya, Allah metutup pintu neraka dan setan-setan dibelenggu. Oleh karena itu kita harus berbahagia menyambutnya.
Ada beberapa persiapan yang bisa dilakukan sebagai ungkapan rasa gembira menyambut bulan suci Ramadhan. Diantaranya, seperti yang banyak dilakukan kaum muslim di dua bulan sebelum datangnya bulan Ramadhan, yaitu perbanyak do'a. Do'a memohon agar disampaikan pada bulan Ramadhan. Do'anya "Allahumma bariklana fi Rajaba wa Sya'bana wa balighna Ramadhan".
Kemudian, persiapan selanjutnya adalah dengan memperbanyak saum sunnah di bulan Rajab dan Sya'ban.
Dan yang terakhir adalah merencanakan amalan Ramadhan yang akan dilakukan, agar Ramadhan bisa dilalui dengan aktivitas ibadah yang maksimal.
Adapun amalan-amalan yang bisa dilakukan di bulan Ramadhan, diantaranya:
1. Memperbanyak interaksi dengan Al-Qur'an. Hal
ini bisa dengan membuat target tadarus, misal
nya one day one juz. Diusahakan membaca Al-
Qur'an dengan terjemahnya.
2. Memperbanyak sedekah. Sedekah di bulan
Ramadhan memiliki banyak keutamaan
dibanding bulan lainnya. Sedekah bisa dengan
harta, makanan berbuka, ataupun kebaikan
lainnya.
3. Senantiasa bermuhasabah.
Muhasabah akan menjadikan seseorang
menyadari kesalahannya, segera memohon
ampunan-Nya dan bersungguh-sungguh
dalam ketaatan, untuk persiapan
menuju kehidupan kekal di akhirat.
Rosulullah saw bersabda:
"Orang yang cerdas ialah orang yang selalu mengevaluasi dirinya serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Orang yang lemah (bodoh) ialah orang yang selalu mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan kepada Allah SWT" (HR.Tarmizi).
Dengan memperbanyak muhasabah, maka buah puasa yaitu meraih takwa akan terwujud.
Akan tetapi takwa yang dimaksud disini tidak berhenti pada takwa di individu saja. Takwa harus tercipta dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara, bahkan dunia.
Terkadang seseorang merasa puas jika dirinya sudah baik dan sholeh, tanpa mempedulikan kondisi umat di sekelilingnya. Padahal, IsIam memerintahkan kepada umatnya untuk beramar makruf nahi munkar.
Sangat disayangkan hal itu tak bisa dilakukan dalam sistem yang memisahkan agama dari kehidupan (sekularisme). Bagi mereka, agama hanya sampai batas masalah individu dengan Tuhannya. Untuk berkehidupan tidak boleh membawa-bawa agama.
Alhasil, banyak sekali kerusakan terjadi di muka bumi ini. Salah satunya adalah kerusakan pada generasi. Berdasarkan hasil survey 2024, Indonesia-National Adolescent Mental Health mencatat ada 34,9 persen atau sekitar 15,5 juta remaja mengalami gangguan kesehatan mentalmental (Disway.Id, 16/2).
Fakta tersebut menunjukkan bahwa pendidikan sekuler yang menjauhkan agama dari kehidupan, telah memberntuk remaja berperilaku liberal, yang gagal memahami jati dirinya. Remaja pun gagal memahami penyelesaian shahih atas segala persoalan kehidupannya. Akhirnya penyakit mental tak bisa dihindarkan.
Padahal IsIam akan membawa rahmat bagi seluruh alam ketika aturanNya diaplikasikan dalam kehidupan secara kaffah (keseluruhan).
Allah SWT berfirman:
"Dan sekiranya penduduk beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan" (TQS. Al-A'rof: 96).
Penerapan aturanNya secara kaffah bisa terwujud dalam negara yang berhukum hanya pada Al-Qur'an dan sunah. Bukan hukum buatan manusia yang dibuat sesuai kepentingan.
Maka dari itu penting juga di bulan Ramadhan, agar umat IsIam terus mendakwahkan kepada umat bahwa hanya sistem IsIam yang mampu mensejahterakan umat dan membawa keberkahan.
Wallahua'lam.
Oleh : Yayat Rohayati
Jamaah Majelis Taklim Khoirunnisa Karawang
What's Your Reaction?






