Menkumham Yasonna Laoly Ingatkan Pentingnya Literasi Keagamaan Lintas Budaya

Nov 14, 2023 - 16:27
Menkumham Yasonna Laoly Ingatkan Pentingnya Literasi Keagamaan Lintas Budaya
Menteri Hukum dan HAM RI Yasonna H Laoly saat memberikan sambutan pada kegiatan Konferensi Internasional Literasi Keagamaan Lintas Budaya

INILAHTASIK.COM | Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham), Yasonna H Laoly menyatakan pentingnya literasi keagamaan lintas budaya ditengah masyarakat dunia yang semakin multikultural dan saling terkoneksi satu sama lain.

Hal itu disampaikan, Yasonna Laoly dalam sambutannya pada acara Konferensi Internasional Literasi Keagamaan Lintas Budaya dengan tema "Martabat Manusia dan Supremasi Hukum untuk Masyarakat yang Damai dan Inklusif" di Hotel Kempinski, Jakarta, Senin 13 November 2023.

Menurutnya, pemahaman dan penghormatan yang semakin tinggi terhadap perbedaan, maka masyarakat dapat menjadi lebih inklusif dan harmonis.

Untuk itu, kata dia, pihaknya bersama The Leimena Institute bekerjasama menyelenggarakan program pelatihan bagi para guru di tanah air terkait literasi keagamaan lintas budaya.

Yasonna menyebut, penyelenggaraan Konferensi Literasi Keagamaan Lintas Budaya, bertujuan untuk meningkatkan kesadaran publik tentang pentingnya kolaborasi umat beragama yang dilandasi saling menghormati diantara masyarakat yang berbeda agama dan keyakinan.

"Kami menempatkan isu kebebasan beragama sebagai hal yang teramat penting, karena Indonesia merupakan bangsa yang sangat beragam," ujarnya.

Namun demikian, diakui Yasonna, akan selalu ada pihak yang intoleran dan radikal pada konteks ini. Maka supremasi hukum memiliki peran penting untuk menjamin dan menghormati hak setiap warga negara.

"Pada September lalu, Presiden Jokowi telah mengesahkan Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2023 tentang Penguatan Moderasi Beragama. Peraturan ini bertujuan untuk memperkuat harmoni dan persatuan antar umat beragama di tanah air," terangnya.

Lebih lanjut, ia menyinggung keterkaitan antara upaya mendorong kebebasan beragama dan perdamaian dunia. Menurutnya, kedua upaya tersebut mesti berjalan beriringan.

"Indonesia secara aktif mendorong dialog antar umat beragama, baik di tataran nasional maupun internasional, dengan maksud untuk meningkatkan toleransi, penghormatan, pemahaman dan empati," tuturnya.

Ia berharap pada forum ini para peserta dapat saling berbagi pandangan dan pengalaman terbaik guna memajukan literasi keagamaan lintas budaya dan martabat manusia dalam masyarakat yang beragam.

"Melalui forum ini, kita dapat berkontribusi pada upaya bersama untuk mendorong masyarakat yang lebih toleran dan inklusif," ucapnya.

Di lokasi yang sama, Direktur Jenderal Hak Asasi Manusia (Dirjen HAM), Dhahana Putra menambahkan, bangsa Indonesia telah terbiasa untuk hidup berdampingan dalam keberagaman dan semangat persaudaraan.

Ia menyebut, masih terdapat sejumlah pekerjaan rumah terkait isu toleransi beragama di tanah air. Pasalnya, merujuk kepada Indeks Kerukunan Umat Beragama (KUB), indikator toleransi di tanah air masih berada pada angka 68,72 persen.

"Skor tersebut menunjukan masih ada permasalahan intoleransi dan perlunya intervensi untuk meningkatkan situasi tersebut antara lain dengan literasi keagamaan lintas budaya dan penguatan moderasi beragama," jelasnya.

Guna mendorong upaya peningkatan toleransi beragama di tanah air, Kemenkumham melalui Direktorat Jenderal (Ditjen) HAM mengeluarkan sejumlah regulasi, di antaranya, Peraturan Menkumham (Permenkumham) Nomor 22 Tahun 2021 tentang Kriteria Kabupaten Kota Peduli HAM, yang telah memasukan indikator hak atas keberagaman.

Selain itu, lanjut ia, bersama Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Kemenkumham telah mengesahkan peraturan bersama Menkumham dan Mendagri Nomor 20 dan 77 Tahun 2012 tentang Parameter HAM dalam Pembentukan Produk Hukum Daerah.

"Peraturan ini bertujuan untuk mencegah munculnya produk hukum daerah yang intoleran dan diskriminatif," kata Dhahana.
Sebagai informasi, Konferensi Internasional ini terselenggara atas kerja sama antara Kemenkumham dan The Leimena Institute didukung oleh Templeton Religion Trust, The International Center for Law and Religious Studies at Brigham Young University Law School, dan International Religious Freedom Secretariat.

Konferensi berskala internasional ini, merupakan rangkaian dari peringatan hari HAM sedunia ke 75. Puluhan tokoh agama dari mancanegara dan para duta besar negara negara sahabat turut menghadiri kegiatan konferensi internasional literasi keagamaan lintas budaya yang dihelat selama dua hari tersebut.

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow