Jujur Dikala Ujian, Upaya Menangkal Korupsi dari Meja Belajar

INILAHTASIK.COM | Ketika masa sekolah kita pasti dihadapkan dengan namanya ujian. Dimana, ujian disini merupakan salah satu kegiatan untuk mengukur pencapaian kemampuan peserta didik, sebagai bentuk evaluasi belajar, atau syarat kelulusan dari suatu pendidikan.
Dahulu, ujian di setiap jenjang pendidikan menggunakan tes manual tertulis dengan kertas dan pensil. Namun, seiring perkembangan teknologi banyak pihak lebih memilih komputer sebagai sarana ujian dengan berbagai keuntungan, diantaranya :
lebih efisiensi waktu dan biaya.
Sebab, ujian bisa dilakukan serentak di berbagai lokasi, proses koreksi otomatis tidak memakan waktu, tidak memerlukan biaya untuk kertas, soal bisa diacak secara otomatis, sehingga mengurangi kemungkinan kecurangan.
Akan tetapi, ada keuntungan pasti ada kekurangan. Salah satunya, jika sistem keamanannya lemah, maka sangat rentan dengan peretasan dan kebocoran soal.
Ramai di media sosial yang memberitakan terkait UTBK SNBT 2025 alami kebocoran. Ternyata faktanya adalah kecurangan oknum peserta yang merekam soal di sesi pertama. Padahal soal sudah dipastikan berbeda disetiap sesi.
Kecurangan lainnya, sejumlah peserta memasang kamera yang tidak terdeteksi metal detector, yakni di behel gigi, kuku, ikat pinggang, dan kancing baju (Beritasatu.com, 25/4/25).
Kecurangan-kecurangan di atas terkadang dianggap sebagai pelanggaran kecil saja, sekedar "strategi" untuk lolos ke perguruan tinggi yang menjadi impian.
Padahal anggapan ini sangat keliru dan berbahaya. Di balik tindakan curang yang dinilai kecil tersebut, tersembunyi benih perilaku yang sama dengan praktik korupsi yaitu menghalalkan segala cara untuk kepentingan pribadi.
Jika sejak dini seseorang terbiasa menipu sistem tanpa rasa bersalah, maka bukan tidak mungkin ia akan melakukan hal yang sama saat memegang jabatan atau kekuasaan di masa depan.
Maka dari itu, kejujuran saat ujian bukan sekadar soal integritas akademik, akan tetapi fondasi penting untuk menangkal korupsi dari meja belajar. Agar tercipta negeri yang bersih dari korupsi.
Seperti itulah gambaran dunia pendidikan dalam kapitalisme sekuler. Buahnya melahirkan generasi yang menjadikan ukuran keberhasilan terletak pada pencapaian hasil atau materi, akan tetapi abai terhadap halal haram.
Berbeda dengan negara yang menerapkan sistem IsIam, akan menjadikan keridlaan Allah sebagai ukuran kebahagiaan.
Negara yang menerapkan sistem IsIam secara kaffah (keseluruhan), akan menjaga agar setiap individu senantiasa terikat dengan aturan Allah.
Sistem Pendidikannya pun akan berasas akidah Islam. Alhasil, generasi unggul berkepribadian IsIam akan dicetak dari sistem ini. Karena dengan asas akidah IsIam yang kuat, generasi tersebut senantiasa memiliki pola pikir Islami, dan pola sikap Islami.
Dengan kuatnya kepribadian islam, kemajuan teknologi pun akan dimanfaatkan sesuai dengan tuntunan Allah, dan untuk meninggikan kalimat Allah.
Oleh: Yayat Rohayati
What's Your Reaction?






